dI ManAKah Aku bISA menDApaTKan tEman sEJati

Siang ini rasanya aneh untukku. Bukannya semalam RADEN bilang dia ingin bercerita siapa sebenarnya wanita yang lagi dia taksir. Tapi kok sampe sekarang aku tunggu kok dia engga cerita-cerita. Malah dia asik sendiri sama temen-temennya itu. Mungkin suasana sekolah yang lagi rame atau gimana..atau apa sich yang sebenernya terjadi.
Pulang sekolah akhirnya aku beranikan untuk menegurnya dan menagih janjinya.
”Rid, gimana?bukannya kamu mau cerita?”
”Sorry ca, kemarin malem itu aku keceplosan?!”
“Gimana sih?”
“uda dulu ya, ntar aja?!”

Hanya itulah yang dia katakan seraya aku merasa ada yang memukul punggungku dari belakang. Emph..ternyata Lena. Mungkin karena ada Lena RADEN tadi langsung pergi.

Aku Oca. Aku kenal dekat dengan RADEN sejak study tour. Awalnya aku memang telah mengenalnya sejak kelas 7 SMP. Tapi hanya sekilas mengenal nama bahkan dulu kadang aku lupa dengan namanya. Aku satu bus dengannya. Awalnya akupun juga tidak tau jika satu bus dengannya. Ini semua karena FIDHA, sahabatku yang selama di bus selalu menggodanya dengan TANTI salah satu sahabatku pula. Kami mulai akrab setelah study tour. Kami sering berbagi cerita. Aku benar-benar menganggapnya sahabat. Karena aku merasa dia selalu ada setiap aku ada masalah. Terutama saat FIDHA memiliki pacar baru dan hubunganku semakin jauh dengannya. RADEN -lah yang menjadi temanku dan dia pulalah yang telah membantuku menyelesaikan masalah itu. Bahkan sejak itu aku, RADEN dan FIDHA semakin akrab sampai-sampai aku sempat berkhayal akan membentuk suatu kelompok persahabatan. Saat aku mengatakan kepada mereka memang mereka terlihat setuju tapi entah kenapa aku dan FIDHA merasa semakin jauh dengan RADEN Setiap kali aku tanya pada RADEN memang kadang dia berkata ada masalah tapi dia selalu menolak untuk menceritakannya. Aku merasa ada yang aneh dengan RADEN . Lama-lama aku semakin jauh dengannya. Bahkan saling tegur sapa denganya pun aku kini tidak pernah.
”ca, anter aku ke kamar mandi dulu yuk aku uda engga tahan nie!” kata FIDHA sepulang sekolah. Dan tidak sengaja aku melihat RADEN bersama Ria sedang di depan perpustakaan. Entah apa yang dilakukan mereka.
”ca, liat Rama?”tanya Ria padaku yang mungkin sapaan pula untukku atau hanya sekedar basa-basi.
”engga!bukanya tadi dia sama kamu?”
Rama adalah pacarnya. Tadi memang aku melihat mereka berdua di depan kelas IX-A. Dan saat bersaamaan aku juga melihat RADEN dan Vincent di depan kelas IX-B. Tumben sekali RADEN tidak cepat-cepat pulang. Dan yang mengherankan saat di depan perpustakaan aku melaihat RADEN sendiri tanpa Vincent. Setelah aku mengantarkan FIDHA ke kamar mandi aku mencoba menegur RADEN yang terlihat hanya sendiri. Entah ke mana ria saat itu.
”nunggu orang?”
”iya”
”siapa?”
”someone”
”Aku akhir-akhir inI ngerasa kok ada yang berubah dari kamu, agak ada yang aneh aja”
”terserah”
WHAT!!! Kasar sekali jawabannya..!!!! Tapi mungkin karena pernyataanku saja yang memang tidak enak. Aku merasa ada yang tidak beres saat itu dan aku memutuskan untuk tidak langsung pulang dan mengintai mereka dari jauh. Jauhnya sie Cuma antara kantor TU dan perpustakaan. Saat itu aku melihat mereka membicarakan sesuatu. Dan tidak lama kemudian aku melihat Ridho pulang dan dalam waktu bersamaan dan aku bertemu dengan Ria.
”kenapa kok sendirian?”
”engga apa-apa, aku pulang duluan ya!”
”iya!”
Di otakku masih tengiang-ngiang ada apa dengan mereka. Apakah itu di sengaja atau hanya kebetulan mereka bertemu. Entah mengapa Penasaranku ini tetap berlanjut dan aku beranikan diri untuk menanyakan pada Ria saat aku bertemu dengannya di tempat les.
”Ria, kamu tadi kok sendirian?”
”Iya, aku tadi nyari buku terus engga nemu bukunya terus ketemu sama RADEN! Tenang aja engga ada apa-apa kok aku sama dia?!” jelasnya
WHAT?CUMA GITU DOANK! bukanya gimana, aku ngerasa engga percaya aja sama penjelasan Ria. Malah aku punya penafsiran ada something di antara mereka. Mungkin aku jahat pada mereka tentang penilaianku ini. Tapi ini karena perubahan RADEN yang mencolok itu yang membuat aku berfikir seperti ini. Dia pernah bercerita padaku jika dia sedang jatuh cinta, tapi tidak mau berkata pada siapa. Saat aku memberi usul untuk dia agar memutar otak agar dapat dekat dengannya dia mengelak bahkan dia berkata dia tidak perlu memutar otak karena gadis yang ia sukailah yang mendekatinya. Sedangkan saat aku mendengar cerita dari Fidha, RADEN sedang dekat dengan seseorang yang sudah lama dia kenal tapi baru akrab dengannya. Dan memang dia pernah meminta padaku nomor handphone Ria, dan memang sejak saat itu aku dengannya semakin jauh. Karena Ria-kah RADEN berubah. Penasaranku tetap saja tak bisa berhenti malah semakin menjadi-jadi. Aku sering melihat mereka berbicara di depan kelas RADEN. Pernah melihat Ria memberikan komik pada RADEN dan pernah melihat Ria memberikan flashdisk RADEN yang telah ia pinjam. Dan yang membuat aku semakin menjadi adalah saat aku membuka flash disk RADEN yang di dalamnya ada dua videoklip band favorit Ria. Entah ada apa mereka dan jujur saja aku merasa simpati pada Rama akan hal ini.
Tapi aku tidak berencana untuk menceritakan ini pada Rama karena aku takut terjadi suatu hal yang tidak di inginkan. Tapi selama aku perhatikan, aku jarang melihat Ria sedang bersama Rama. Dan saat aku membuka friendster Ria aku membaca comment Rama yang terlihat ada masalah di antara mereka. Di sini mungkin aku terlihat seperti mencampuri urusan orang lain tapi aku lebih ingin tidak ada yang di sembunyikan dan tidak ada yang di sakiti di sini. Selain itu juga Rama aku anggap sebagai teman baikku.
Setelah aku membaca comment tersebut aku akhirnya menceritakan pada Rama yang selama ini aku aku amati dari Ria dan RADEN. Aku berharap ini semua dapat membantu menyelesaikan masalah tapi ini semua menjadi berantakan setelah semua hal yang aku ceritakan terbongkar pada RADEN dan Ria.
Dan secara otomatis RADEN dan Ria terlihat membenciku. Jujur saja aku merasa tertekan dengan tingkah mereka tapi aku harus tetap tegar karena aku merasa benar. Aku selalu berfikir untuk kuat dan jika memang mereka menganggapku musuh aku juga harus merasa kuat dan berfikir temanku tidak hanya dia. Karena menurutku mereka orang yang aneh dan sulit di tebak sikapnya.
Hal ini begitu benar-benar di luar dugaan. Walaupun awalnya aku sempat memprediksikan akan terjadi seperti ini. Seandainya tidak ada yang membocorkan kejadiaanya tidak akan seperti ini. Dan masalah ini akan selesai tanpa adanya dendam dan permusuhan.
Bahkan tak sedikit teman-temanku yang mengerti masalah ini akan memprediksikan bahwa jika Ria dan Rama benar-benar berakhir, Ria akan berpacaran dengan RADEN. Miris sekali jika RADEN mengalami hal yang sama dengan hal apa yang di alami Rama sekarang ini.
Entahlah, aku bingung harus berbuat apa. Yang jelas aku merasa tidak ihklas jika di minta untuk meminta maaf pada mereka. Di posisi ini harus bagaimanakah aku? Haruskah aku bersembunyi di balik topeng untuk berpura-pura tidak terjadi apa-apa? Ataukah aku harus terus mempermasalahkan masalah ini dan mengancam hubungan Ria dan Rama, bahkan membuatnya menangis jika di tinggalakan Rama. Ah, sepertinya Rama tidak akan memutuskan hubungan ini, karena aku melihat ketulusan di matanya pada Ria. Kurang apa sich Rama itu!!! Ah, Biarkanlah RADEN membenciku. Biarkanlah Ria membenciku karena yang terpenting adalah kebahagiaan temanku. Dan biarkanlah waktu yang menjawab semua masalah ini. Tunggu episode dan ending masalah ini ya!!!!

0 komentar:



Posting Komentar